Posted by : Unknown
Sunday, 20 April 2014
Kita bangga, kita
cinta, itu wajar. Itu semua sudah mengalir di darahmu, Nak. Kami justru akan
mempertanyakan jika tidak begitu. Siapa yang mau dirinya direndahkan? #Ambil
golok, bacok!
Eh eh, bercanda.
Tadi itu contoh yang tidak benar ya! Itu A-L-A-Y! Gak perlu deh ya sampe
seperti itu! Heloooo...
Sebagai warga
negara yang baik (berdasarkan janji siswa setiap senin pagi), kita harus
berpatriotisme secara wajar. Dan jangan alay. Apalagi harus menyertakan yang
namanya gol*k, linggi*, dan sebangsanya.
Apabila kita ditantang gelut, yaa jangan naik pitam
dong. Kita balas dengan prestasi, bukannya main bacok.
Kalau tidak
salah, salah satu penyebab tawuran yang marak di jenjang sekolah menengah
tingkat atas ini juga sama alasannya. Patriotisme berlebihan. Nah, akhirnya
malah jadi pertumpahan darah kan? Heeloooo. Bukan ini yang diinginkan pendiri
bangsa kita terdahulu.
Patriotisme, bukan
Chauvinisme
Sudah pada tahu
kan makna chauvinisme? Ayo, buka buku IPS kelas IX bab perang dunia II, hehehe.
Jadi, Adolf Hitler itu adalah tokoh NAZI yang..... (duh, kok malah membahas si
kumis unyu sih..)
Maaf, jadi,
chauvinisme itu mencintai negaranya secara berlebihan. Kan malah ngeri. Adolf
Hitler jadi doyan membunuh orang gara-gara menurutnya suku bangsa Arya-lah yang
paling baik. Jadi semuanya harus dimusnahkan! Hiiiii......
Jadi, ayo kaum
muda yang bersemangat membara bagaikan busur yang dilepas ke angkasa, jangan
alay ya kalo ngefen sama sesuatu, bahkan sama negara sendiri. Hayooo~